Berbeda Dengan Indonesia, Ini Budaya Mencari Pekerjaan di Jepang
Gambaran Job Fair (sumber: photo-AC)
Mencari pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh pekerjaan. Mencari pekerjaan biasanya melibatkan rangkaian proses yang harus dilakukan dan dilalui oleh individu yang melakukan aktivitas tersebut.
Di negara manapun, ketika mencari pekerjaan, ada norma-norma budaya yang penting untuk dipahami dan dihormati, tanpa terkecuali negara Jepang. Negara Jepang mempunyai budaya tersendiri dalam proses mencari pekerjaan. Bagaimana sih budaya mencari pekerjaan di Jepang, sana? Yuk simak infonya di bawah ini, minasan!
Shuushoku, Proses Mencari Pekerjaan di Jepang
Shuushoku (就職) yang mempunyai arti “mencari kerja” yang merujuk ke aktivitas mencari pekerjaan yang biasanya dilakukan setelah menyelesaikan pendidikan atau ketika mencari pekerjaan baru. Dalam konteks budaya masyarakat Jepang, selain mendapatkan pekerjaan, shuukoku juga memiliki makna lebih dalam karena dipandang sebagai langkah hidup dalam perjalanan hidup seseorang. Shuukoku mengandung makna dalam berbagai aspek seperti bagaimana seorang individu menemukan tempat yang sesuai dengan keterampilan dan minatnya, mengikuti serangkaian proses tes, beradaptasi dengan lingkungan baru dan budaya yang ada di perusahaan serta berkontribusi dalam lingkungan kerja.
Pakaian yang Umumnya Digunakan Ketika Shuushoku (sumber: photo-AC)
Dipandang sebagai proses penting, perusahaan-perusahaan di Jepang mempunyai jadwal perekrutan khusus dan rangkaian perekrutan yang harus diikuti, seperti wawancara, tes dan ujian untuk menguji bagaimana seorang individu memenuhi syarat pekerjaan yang ada. Dahulu, pola yang ada pada “shuushoku” yaitu “pekerjaan seumur hidup”, namun seiring dengan perubahan sosial ekonomi negara Jepang, tren pola “shuushoku” pun berubah menjadi lebih fleksibel seiring dengan pandangan tentang pekerjaan pada generasi muda yang lebih cenderung mencari kesempatan kerja sesuai minat dan gaya hidup.
Perbedaan Shuushoku dengan Shuukatsu
Selain shuushoku (就職), ada juga shuukatsu (就活) atau shuushoku seikatsu (就職活動) yang mempunyai arti “aktivitas mencari pekerjaan” secara harfiah. Secara umum, kedua istilah tersebut menggambarkan hal yang sama yaitu proses mencari pekerjaan, namun apabila shuushoku lebih mengarah kepada proses mencari pekerjaan secara umum, shuukatsu secara spesifik merujuk kepada rangkaian proses terstruktur yang harus dilalui oleh individu yang sedang mencari pekerjaan, terutama para pelajar atau para lulusan universitas yang baru memasuki dunia kerja.
Rangkaian yang Ada di Shuukatsu
“Musim shuukatsu” hanya ada sekali dalam setahun, jadi hawa persaingan pun akan sangat terasa jika saatnya tiba bagi para pencari kerja. Shuukatsu biasanya dimulai ketika seseorang yang kuliah S1 miasuki tahun ketiga di universitas. Hal tersebut, yang menjadi ciri khas dalam budaya mencari pekerjaan di Jepang, mereka mencari, bahkan sudah mendapatkan pekerjaan ketika mereka belum resmi lulus dari pendidikannya.
Selain hal itu, yang menjadi ciri khas budaya mencari pekerjaan di Jepang yaitu rangkaian proses yang banyak, formal dan terstruktur sebelum resmi mendapatkan tawaran kerja dari perusahaan. Setiap perusahaan memiliki kebijakannya masing-masing, namun secara umum, proses yang ada di shuukatsu yaitu:
-
Pendaftaran
Pendaftaran biasanya dilakukan di laman web perusahaan ataupun situs-situs job portal seperti rikunabi dan mainabi.
Salah Satu Situs Job Portal Jepang (sumber: rikunabi.com)
-
Setsumeikai (Seminar Penjelasan)
Setsumeikai (sumber: photo-AC)
Setsumeikai merupakan seminar penjelasan yang diadakan perusahaan agar calon pelamar mengetahui informasi dan mengenal lebih lanjut tentang perusahaan, seperti profil perusahaan, budaya perusahaan, program pengembangan karir yang ada dan lain sebagainya.
-
Seleksi Awal
Seleksi awal, biasanya dengan menyerahkan entry sheet maupun rirekisho(履歴書) atau CV, yang formatnya sudah baku, dan surat lamaran. Biasanya rirekisho itu ditulis dengan tangan dan formatnya bisa dibeli di convenience store atau minimarket yang ada.
Rirekisho (sumber: photo-AC)
-
Tes Online
Tes online yang diadakan atau diberikan bisa berbeda di tiap perusahaan, namun yang umum yaitu seperti tes matematika, tes logika, tes bahasa, tes kepribadian, tes menghadapi stress dan lain sebagainya. Terkadang selain tes online, ada juga tes tertulis.
-
Mensetsu (Wawancara)
Mensetsu (面接) atau wawancara antara pelamar dan pihak perusahaan biasanya ada beberapa tahapan, bisa dua, tiga atau bahkan lebih hingga nanti saishuu mensetsu (最終面接) atau wawancara terakhir.
Walaupun tidak ada aturan tertulis, penampilan saat hadir interview biasanya sudah baku yaitu setelan jas formal, kemja, dan dasi berwarna hitam. Selain pakaian, tatanan rambut pelamar pun biasanya rapi dan berwarna hitam.
-
Naitei (Pernyataan Lulus Seleksi dan Penawaran Pekerjaan)
Apabila pelamar telah memenuhi kualifikasi hingga saishuu mensetsu, perusahaan akan mengirimkan naitei (内定) atau tawaran pekerjaan resmi beserta dengan rincian pekerjaannya. Pelamar diberi waktu untuk memberi jawaban atas naitei dari perusahaan dan akan mengirimkan surat, baik itu menerima atau menolak tawaran, kepada perusahaan.
-
Tanda Tangan Kontrak
Ketika pelamar memutuskan untuk menerima naitei atau penawaran dari perusahaan, yang harus mereka lakukan adalah melakukan pengurusan administrasi termasuk tanda tangan kontrak dan mengerjakan tugas-tugas yang ada untuk nyuushashiki atau upacara masuk perusahaan.
-
Nyuushashiki (Upacara Masuk Perusahaan)
Nyuushashiki (入社式) atau upacara masuk perusahaan dilakukan untuk menyambut para karyawan baru yang telah diterima di perusahaan dari proses shuukatsu. Biasanya nyuushashiki diadakan di bulan April, setelah para mahasiswa S1 di wisuda di bulan sebelumnya yaitu, bulan Maret.
Perbedaan Mencari Kerja di Jepang dan di Indonesia
Setelah mengetahui tentang shuushoku dan shuukatsu, pastinya ada perbedaan dengan budaya mencari pekerjaan di Indonesia. Perbedaan mencari kerja di Indonesia dan Jepang, bisa kamu simak di tabel di bawah ini ya, minasan.
Aspek |
Jepang |
Indonesia |
Formalitas dan Etika |
Sangat formal, etika selama proses seleksi diatur ketat dari cara berpakaian, sikap, hingga bahasa yang digunakan. |
Meskipun formal, etika selama proses seleksi tidak mutlak dan sesuai dengan situasi kondisi. |
Curriculum Vitae (CV) |
Format CV baku dan biasanya diharuskan tulisan tangan, foto harus disertakan pada CV. |
Format CV bervariasi yang bisa disesuaikan desainnya tergantung pelamar atau ketentuan perusahaan. Foto bisa tidak disertakan walaupun ada yang mengharuskan untuk disertakan. |
Reputasi Universitas |
Reputasi Universitas memiliki pengaruh yang besar. Universitas yang telah terkemuka nama baiknya akan memberikan keunggulan untuk pelamar. |
Meskipun reputasi universitas memberi pengaruh, keterampilan dan pengalaman kerja seringkali dianggap lebih penting. |
Budaya Waktu |
Ketepatan waktu adalah hal yang sangat dihargai di Jepang, keterlambatan dianggap sebagai suatu hal yang tidak sopan. |
Ketepatan waktu juga penting, namun tetap ada toleransi untuk keterlambatan di situasi tertentu. |
Gimana minasan, sekarang udah tahu kan gimana budaya mencari kerja di Jepang, sana? Pastinya berbeda dengan yang ada di Indonesia sini ya. Buat minasan yang tahu aspek pembeda selain yang ada di tabel, bisa juga nih kasih tahu yang lainnya dengan nulis di kolom komentar.
Buat minasan yang ingin magang ke Jepang LPK Gunamandiri sedang buka pendaftaran lho, untuk minasan yang laki-laki bisa join Program Magang umum dan untuk minasan yang perempuan bisa join Program Magang Caregiver. Menerima lulusan jurusan apapun!